Ia Bahkan ingin terlahir seperti ini;seperti bagaimana seorang perempuan mencintai.
ia mengenal kelopak dihatinya sudah berwarna merah,
bahkan untuk sebuah nyawa yang ia janjikan pada Tuhannya.
halaman yang ia biarkan terbuka,
juga sebuah album perjalanannya yang selalu ingin disimpan.
siapapun dan di bohongi kapanpun
iya;
dia memang hanya tahu menerima duka dan melihat sukacita dari wajah orang lain,
Tuhan tengah membaca rautnya,dan ingin sekali menjadi lagu-lagu yang mengantarnya pulang,
atau tidur yang ingin ia sampaikan kisah penatnya
;namun malam hanya tahu bagaimana menyatukan mataku dengan pikirannya yang mematah
Minggu, 05 Agustus 2012
Tak ber_ judul
Posted on 14.33 by Nimas Ayu Baka Arum
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Puitis banget. Sarat makna lagi.. Aku sampe susah pahamin bahasanya yang di kolom "Aku" tapi bagus kata2nya, aku suka :)
BalasHapusIndah Purnama.terimakasih sudah mampir disini.
Hapuspurnama itu indah seperti wajah perawan yang menetes menjadi doa di pucuk dedaunan..salam karya ya mba..^_^
keren puisinya. salam kenal!
BalasHapusReza Mustafa ,terimaksih berkunjung,salam kenal dari nimas yah ^__^
Hapusiya sama, nimas... thanks juga udh berkunjung ke tempatku. btw, tinggal di madura kah? :)
HapusReza Mustafa.sekarang di jawa tengah (cilacap)tapi waktu dekat mau ke kerawang atau kebandung ada panggilan kerja disana mas..^_^
Hapussajak yang jleb jleb jleb :))
BalasHapusUchank hee,hee terimakasih sudah mamapir yah..salam kenal dari nimas
Hapussebagian buat merinding aku, sebagian membuat semangat hidup aku. puitis habis. menjadikan aku ingin hidup ribuan tahun.. salam kenal blm bisa genap tanpa pagi kubuka lbh awal sastra sastramu...
BalasHapusterimakasih selalu singgah,,ketapang net dari purwokerto kah,,saya kadang ke cilacap..
Hapus