Kamis, 16 Agustus 2012

Ayah

Ayahku sedang membaca buku puisi diruang tamu,_
aku duduk-duduk bersama wajah kenangan yang jatuh dipelataran.

ayahku hebat,
dipundaknya tersimpan mimpi anak-anaknya dari mulai merangkak sampai dewasa
aku sendiri seperti sebuah puisi yang berdiam dimatanya,terlindung dari bahaya
tentram seperti malam yang berjalan dalam barisan sajak rindu

lalu dari arah kenangan satu suara berbicara:
Ayah...
"Angin yang memasuki daun pintu ini tengah menyaksikanmu memulung bahasa dikerut keningmu yang berdo'a"

aku tak mau menggangunya._
kutinggalkan dua helai senyum di dekat buku yang sedang dibacanya,
lalu melangkah  keluar mengajak kenangan pulang pada catatan waktu
:ayah

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger