Ayahku sedang membaca buku puisi diruang tamu,_
aku duduk-duduk bersama wajah kenangan yang jatuh dipelataran.
ayahku hebat,
dipundaknya tersimpan mimpi anak-anaknya dari mulai merangkak sampai dewasa
aku sendiri seperti sebuah puisi yang berdiam dimatanya,terlindung dari bahaya
tentram seperti malam yang berjalan dalam barisan sajak rindu
lalu dari arah kenangan satu suara berbicara:
Ayah...
"Angin yang memasuki daun pintu ini tengah menyaksikanmu memulung bahasa dikerut keningmu yang berdo'a"
aku tak mau menggangunya._
kutinggalkan dua helai senyum di dekat buku yang sedang dibacanya,
lalu melangkah keluar mengajak kenangan pulang pada catatan waktu
:ayah
Kamis, 16 Agustus 2012
Ayah
Posted on 09.24 by Nimas Ayu Baka Arum
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar