Dari arah mata ini:jendela yang disapu angin,dan sebilah air hujan yang menetes,aku sedang menunggu rembulan dan matahari kuning keemasan tumbuh dari tubuh ku,
ia bernama fajar yang sering didongengkan para penyair sebagai perempuannya.
mungkin aku bukanlah siapa-siapa kecuali puisi. dengan guratan padam disekujur tubuhku. aku mengenali kehidupan dengan tapak ayah ibuku, bersayap dan mimpi yang berwarna putih. begitupun,seperti biasa kulihat mereka,namun apa hak ku bertanya,tentang gugurnya kesetiaan atau takdir/ aku hanya selalu meyakini bahwa mereka........adalah huruf-huruf yang mengaji pagi-pagi.terkadang aku muntah, terkadang aku sangat sungkan apabila tak menunaikannya! tapi, siapa yang akan bertanya bahwa aku adalah anak yang merindukan seorang ayah dari sepinya yang mati. Tuhan telah banyak tahu,setinggi apa kehendakku untuk mencapainya.
sebelum terlahir anak-anak matahari, maka akulah pagi yang rebah dan mengelokkan namamu seperti embun yang masih malu-malu. dan bulan basah dikeningmu, ..
0 komentar:
Posting Komentar